Lagi-lagi membawa cerpen yang jauh dari kata sempurna. harap di comment. Your comment is important for me :D
happy reading ^^
.. Akhir yang Indah..
“Anak-anak saya minta perhatian kalian sebentar.”ucap wali kelasku
sesaat sebelum bel pulang sekolah.
“Mulai besok, kelas ini akan direnovasi dan kalian harus pindah ke
labolatorium biologi untuk sementra waktu sampai kelas ini selesai
direnovasi.”imbuhnya.
“Baik kalian sekarang boleh pulang. Dan tolong untuk pengurus kelas,
jangan lupa buku absen dan jurnal kelas dibawa.”lanjutnya lagi dan sesaat
setelah Ibu Wali kelas ku pergi para siswa di kelasku telah berhamburan untuk
pulang.
Sedangkan aku, masih duduk termenung. Aku sangat senang sekali
mendengar pengumuman ini karena kelasku semakin dekat dengan pujaan hatiku.
***
Esoknya,
Aku berangkat lebih awal pagi ini. Siapa tahu aku beruntung bisa
bertemu pujaan hatiku. Namun, sesampainya di sekolah, tepatnya di Labolatorium
biologi bukannya untung malah buntung yang ku dapatkan. Jleb,, rasanya seperti
ditusuk pedang yang panjang. Aku melihat pujaan hatiku sedang bersama kekasih
hatinya. Kalian pasti bingung, pujaan hatiku bersama kekasih hatinya? bukankah
itu aku? Bukan. Aku memang menyukainya tetapi, sayang teramat sayang dia sudah
mempunyai kekasih hati. Sedangkan aku hanya bisa sebagai pengagumnya saja tak
lebih.
Dengan langkah lesu, aku pun memasuki labolatorium biologi yang
notebene sekarang menjadi kelas ku untuk sementara waktu. Jam pertama adalah
Fisika. Aish, aku paling malas dengan pelajaran itu ditambah kejadian tadi pagi
yang membuatku tambah tak bersemangat.
***
“Gue lihat dari tadi loe kok lesu gitu sih. Cerita dong !”rengek sahabatku,Disa
ketika kami duduk santai di kantin.
Aku hanya diam sambil mengaduk-aduk minuman yang telah ku pesan
tadi.
“Pasti nih gara-gara kak Morgan ya?”tanyanya.
“Aduh dis, sakit tau. Udah gue belain bangun pagi eh, malah disambut
sama kemesraan dua sejoli yang notebene yang cowok itu pujaan hati gue.
Bayangin, sakit banget tauk.”Ucapku akhirnya.
“Riri.. Riri.. kapan sih loe bisa lupain si Morgan yang gak pasti
itu. Udah berapa kali sih gue bilang, lupain Riri, dia itu udah punya orang
lain.” Disa
“Tapi sulit Dis, gak bisa. Dia selalu hadir di otak gue. Gimana
coba?”aku
“Loe tuh aneh ya? Yang udah pasti ada di depan mata malah loe tolak.
Loe malah cari yang gak pasti. Padahal si Bisma itu juga gak jelek-jelek amat.
Malahan menurut gue ganteng banget. Tapi ,loe tolak.”ucap Disa panjang lebar.
“Terus gue harus gimana dong?”tanyaku balik
“Loe terima aja tuh Bisma.”ucap Disa enteng.
“Tapi gue gak cinta sama dia gimana dong?” aku
“Loe pasti bisa kok cinta sama dia. Seiring jalannya waktu, loe
pasti bakalan bisa terima dia. Pasti nanti loe bakalan cinta sama dia lama
kelamaan.”cerocos Disa.
“Iya deh iya nanti gue terima dia deh.”setujuku.
***
Bel pulang udah bunyi. Udah saatnya pulang. Tapi, ketika aku hendak
keluar dari kelas ada yang menahan tanganku. Alhasil aku berhenti melangkah.
“Hi Ri, pulang bareng aku yuk.”ajaknya.
“Ayolah please..”bujuknya dengan muka memelas.
“Gimana ya? Ya deh.”ucapku.
Hari ini aku pulang dengan Bisma. Ya dia adalah Bisma Karisma cowok
yang tadi aku bicarain dengan Disa di kantin. Cowok yang pernah nembak aku tapi
sudah dua hari ini aku tak memberinya jawaban. Tapi sepertinya dia juga tidak
keberatan menunggu jawabanku. Ah, itu membuatku semakin merasa bingung.
***
“Thanks ya. Mau mampir?” tawarku saat telah sampai di gerbang
rumahku.
“Oh, tidak terimakasih. Kau sudah mau ku antar pun aku sudah sangat
senang.”jawabnya santai.
Oh, kalimat itu membuatku semakin bingung.
“Ehmm.. Nanti malam kau ada acara?”tanyanya
“Sepertinya tidak. Ada apa?”tanyaku tersenyum. Meski dalam hati berharap
ia tak mengajakku kemana-mana karena semakin aku sering jalan dengannya
membuatku semakin bingungmenjawab pertanyaannya tempo hari.
“Aku ingin mengajakmu jalan. Apakah kau mau?”bisma
“Hmmhmm baiklah.”jawabku terpaksa anggap saja sebagai ucapan terimakasih
telah mengantarku pulang.
“Baik aku jemput jam 7malam.”ucapnya. Aku hanya menjawabnya dengan
senyum.
Aku pun masuk ke dalam rumah dan Bisma mulai melajukan mobilnya
pergi dari rumahku.
***
“Aduuhh.. bener juga ya kata Disa gue seharusnya gak ngegantungin
Bisma kayak gini. Mana dia terlalu baik.”pikirku sambil menunggu bisma di sofa
ruang tamu.
Aku pun menarik nafas panjang.
“Baik, malam ini gue harus berikan jawaban pada Bisma.”ucapku lirih
dan..
Tin..tin..tin.. terdengar suara klakson mobil Bisma. Aku pun segera
keluar menghampiri Bisma.
***
Tibalah kami di sebuah Café yang suasananya sangat mendukung bagi
sepasang kekasih yang di mabuk cinta. Namun, itu tak berlaku bagiku. Karena
sampai saat ini aku masih berusaha mencintai Bisma.
Kami pun duduk berhadapan di sebuah meja yang letaknya tepat berada
di sebelah kolam kecil. Pesanan pun telah tiba. Kami makan ditemani dengan
alunan suara merdu penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu romantis.
“Andaikan yang mengajakku ke sini kak Morgan, tak mungkin aku berpura-pura
seperti ini.”gumamku dalam hati.
“Ri, sebelumnya maaf. tapi harus ku katakan ini. Jujur, sejak
pernyataan perasaanku waku itu, aku tidak bisa tidur. Aku masih memikirkan
jawabanmu. Yah, meskipun kau masih menginginkan aku menunggu lebih lama lagi
aku akan tetap menunggu.”ucapnya ketika kita menikmati makan malam.
“Baiklah Bisma, aku ingin memberikan jawaban atas pertanyaan mu yang
sampai saat ini belum sempat kau jawab.”ucapku.
“Silahkan, aku akan menerima apapun jawabanmu.”ucapnya pasrah.
Aku pun mengambil nafas panjang.
“Baik, aku akan memerima mu Bisma, aku mau menjadi kekasihmu.”ucapku
tersenyum tipis.
“Benarkah? Aku tak salah dengar?”tanyanya berseri-seri.
“Ya.”jawabku mantap.
“Terima kasih sayang. Aku berjanji kau takkan ku sakiti maupun ku
khianati dan Aku akan selalu menjagamu.” Wajahnya semakin berseri. Aku hanya
tersenyum mendengar ucapannya itu.
“Maafkan aku Bisma, aku menerima mu hanya karena ku tak tega untuk menolakmu. Aku berjanji
akan mencoba mencintaimu. Aku yakin pasti bisa.”gumamku dalam hati.
***
Hari-hari ku lewati dengan masih berpura-pura. Rasa sayang memang
telah tumbuh di hatiku. Namun, itu hanya rasa sayang sebagai sahabat. Sungguh,
sangat sulit untuk bisa benar-benar menyayanginya sebagai seorang kekasih.
Apalagi untuk mencintainya. Sungguh, sangat sulit. Padahal sebenarnya menurutku
Bisma sangatlah baik. Dia sangat perhatian padaku. Tapi, sampai saat ini hatiku
masih untuk Kak Morgan.
“Hi Ri gimana? Loe udah bisa mencintai Bisma?”tanya Disa saat kami
mengerjakan tugas kelompok di rumahku.
“Belum.”jawabku singkat.
“Terus kapan kau bisa mencintainya? Sudah satu bulan kau menjalani
hubungan dengan dia. Tapi kau masih belum bisa mencintainya? Apa kau tak kasian
melihat Bisma? Dia terlalu baik untuk disakiti.”tanya Disa bertubi-tubi.
“Aku masih mencintai kak Morgan Disa.”ucapku tegas.
“Tapi Ri, apa loe tau kalau kak Morgan itu..”
Tanpa ku sadari ternyata Bisma mendengar percakapan ku dengan Disa
Ddrrttt.. ddrrttt…
Hape ku bergetar. Ada telpon masuk dari Bisma.
Via telepon.
“Iya Bis, ada apa?”tanyaku. Aku memang masih belum bisa memanggilnya
sayang seperti dia memanggilku.
“Nanti sore kamu bisa gak pergi ke taman jam 5 sore. Aku tunggu ya.”
“Baik.”
Tut.. tut.. Bisma pun memutuskan telponnya.
“Kenapa nih anak tumben. Gak ada kata sayang. Gak ada kata ‘see you
baby’ langsung matiin aja teleponnya. Aneh deh. Pasti ada yang gak beres
nih.”ucapku
“Kenapa Ri?” tanya Disa.
“Udah deh gak usah dibahas. Hmm tadi lo mau ngomong apa? Yang
tentang Kak Morgan tadi.” Tanyaku balik.
“Loe tau gak kalau Morgan itu…”
“Aduh udah jm 5 ya? Gue ke taman dulu ya temuin Bisma. Gue tinggal
ya Dis.”ucapku memotong perkataan Disa dan segera ngeloyor pergi.
“Loe tau gak kalau Morgan itu kakaknya Bisma Riri.”ucap Disa namun
aku tak mendengarnya.
***
“Hy Bis, sorry telat. Lama ya nunggunya.”ucapku agak ngos-ngos an.
“Gak kok gue juga barusan dateng.” Jawabnya mulai dengan gue-loe
lagi.
“Ada apa kok tiba-tiba ngajakin ketemuan ?” tanyaku
“Langsung aja ya. Ri, gue udah denger semuanya. Gue sudah tahu kalau
loe mau terima gue karena loe gak tega buat nolak gue. Termasuk loe suka sama
kakak gue.” Bisma
“Kakak? Emang kamu punya kakak?”tanyaku bingung.
“Iya gue punya kakak. Dan kakak gue itu Kak Morgan. Cowok yang
selama ini loe suka. Cowok yang sudah ngebuat loe gak bisa terima gue seutuhnya
dan juga cowok yang udah ngisi hati loe. Oya, gue juga mau ngomong thanks ya
loe udah mau nerima gue meskipun hanya TERPAKSA dan meskipun hubungan kita
selama ini hampa karena ternyata cinta gue bertepuk sebelah tangan.”jelasnya
panjang lebar.
“Jadi hubungan kita berakhir?”tanyaku
“Iya, ini kan yang loe harepin. Thanks ya.”Bisma pun pergi
meninggalkanku dengan senyum sinis. Aku tak tinggal diam aku pun mengejarnya.
“Maafin gue ya Bis. Gue gak bermaksud…”
“It’s fine.. Thanks..”Bisma tetep pergi tanpa memerhatikan aku. Dan
aku masih diam terpaku dan kembali duduk di kursi taman .
“Apa segitu jahatnya ya gue sama bisma? Gue jadi merasa bersalah
banget nih. Tadi dia bilang kak Morgan kakaknya? Dunia ini sempit banget sih.
Kenapa juga gue harus naksir kak Morgan. Arrgghh rumit.” Aku mengoceh sendiri
di taman dan akhirnya ku pun pulang.
Malam telah tiba, bahkan sudah jam 12 lewat tapi mata ini masih
belum bisa terpejam. Kejadian tadi sore dan ucapan-ucapan Bisma masih memenuhi
otakku. Oh God, aku tak bisa membayangkan bagaimana besok di sekolah. Pasti
Bisma cerita pada kak Morgan, mau taruh di mana nih muka.
***
Hari telah pagi, sinar matahari menyilaukan mataku. Perlahan aku pun
membuka mata dan betapa terkejutnya aku ketika melirik ke arah jam dinding di
kanan ku.
“Ternyata masih setengah tujuh.”gumamku dan aku membaringkan tubuhku
kembali.
“Setengah Tujuh?”ucapku kembali.
Tanpa ba bi bu lagi aku langsung meraih handuk dan berlari ke kamar
mandi.
***
Akhirnya aku pun sampai di sekolah juga. Meskipun telat. Untung aja
satpamnya lagi baik. Jadi gue diperolehin masuk dan yang lebih untungnya lagi
nih kelas lagi jam kosong. Dan aku segera menuju ke bangku Disa dan duduk di
bangku sebelah Disa. Tapi, saat aku berjalan menuju bangku Disa, aku sempat
mencari sosok Bisma. Tapi, ternyata dia tak ada di kelas. Mungkin dia tak masuk
hari ini.
“Dis, Bisma udah putusin gue. Dia udah tahu semuanya. Gue jadi gak
enak sama Bisma. Dan ini semua gara-gara loe coba aja waktu itu loe gak nyuruh
gue buat teriam cintanya Bisma pasti gak bakalan kayak gini.”ucap gue pada
Disa.
“Etdah, kok loe jadi nyalahin gue sih.”ucap Disa manyun
“Jangan manyun gitu dong lagian juga udah lewat. Tapi, yang gak gue
sangka ternyata kak Morgan itu kakaknya Bisma.”
“Kan emang kak Morgan kakaknya Bisma.”jawab Disa santai
“Kok loe gak kaget sih. Pasti loe udah tau. Kok loe gga beritau gue
sih. Nyebelin deh.”
“Bukan salah gue dong. Loe
sih waktu mau gue bilangin belum selesai ngemeng udah loe tinggal gitu aja.”
“Emang pernah ya?”
“Ye dasar PIKUN!!!
***
“Anterin gue yuk.”ajak Disa yang langsung menarik tanganku. Padahal
aku belum menjawab mau atau tidak. Dasar Disa.
“Ngapain loe ngajak gue ke sini? Gila ya? kalau ketemu kak Morgan
gimana?.”tanyaku sesampainya tiba di pintu kelas kakak kelasku dan tepatnya itu
kelas kak Morgan.
“Kebanyakan tanya loe. Udah deh, gue cuman ada urusan bentar sama
kak Albert, mending loe diem aja deh.”
“Wah Dis, gue malu tau kalau sampai ketemu kak Morgan pasti dia udah
tahu deh.”
“Sotoy loe. Udah tenang aja.”
“Ya udah deh. Gue tunggu di sini jangan lama-lama.”
Disa pun melenggang masuk ke dalam kelas. Sedangkan aku melangkahkan
kakiku ke kursi taman yang ada di depan kelas kak morgan.
“Hai..” sapa seseorang yang kemudian duduk di sebelahku.
“Hai.. kak.”jawabku rada salting. Gimana gak salting. Yang manggil
aku kak Morgan. Semoga dia belum tahu kalau aku menyukainya, bukan aku tak
hanya menyukainya aku mencintainya. Ya, aku mencintainya.
“Bisa ikut kakak gak sekarang?”tanyanya
“Hmhmhm.. ke mana kak?” tanyaku balik
“Udah bisa atau gak?”
“Bisa kok kak.”
Tanpa ngomong apapun kak Morgan segera beranjak dari duduknya dan
segera menarik tanganku. Kini, aku dan kak Morgan sedang berada di taman
belakang sekolah. Hening, hanya suara dedaunan kering yang tersapu oleh angin.
Sedangkan aku masih dag dig dug karena daritadi kak Morgan memandang ku dengan
mata teduhnya yang membuatku berulang-ulang kali menarik nafas panjang berharap
menghilangkan kecanggungan ku ini.
“Kau lucu.”ucap kak Morgan memecah keheningan di taman itu.
“Lucu?”tanyaku
“Ya, kau lucu. Membuatku semakin sayang padamu.”
“Apa kak?”tanyaku
“Aku sayang kamu.”jawabnya
“Bercanda kakak gak lucu deh.”ucapku tak percaya.
“Aku serius Riri. Aku memang sayang padamu. Aku cinta padamu. Bahkan
sebelum Bisma menyukaimu. Aku telah menyukaimu dahulu. Apa kau ingat saat kita
bertabrakan di perpus. Saat itu kau sedang membawa banyak tumpukan buku yang
tinggi. Sehingga, kau tak melihat ada aku di depanmu. Dan..”
“Dan aku menabrak kakak, sehingga semua buku berserakan jatuh. Lalu,
kakak membantuku untuk memberesi buku-buku yang ku bawa dan juga membantuku
untuk menjalani hukumanku di hari pertama sekolahku untuk mengembalikan buku
–buku yang ku bawa tadi ke rak buku.”ucapku memotong perkataan kak morgan.
“Dan sejak itulah aku jatuh cinta padamu. Aku cinta pada pandangan
pertama.”ucap kak Morgan.
“Aku juga cinta kakak. Aku sangat tenang rasanya melihat tatapan
mata kakak yang teduh.”ucapku.
“Aku tahu.”ucap kak Morgan.
“Maksud kakak?”tanyaku
“Aku tahu, kau menerima Bisma hanya karena ingin melupakanku karena
kau merasa aku tak mungkin mencintaimu.
“Dari mana kakak tahu itu?”
“Aku tahu semuanya dari Bisma. Sebenarnya aku mencintaimu sebelum
Bisma mencintaimu. Tapi, aku tahu bahwa Bisma mencintaimu. Maka aku pun
mengalah, dan mencoba melupakanmu dengan cara mulai membuka hatiku untuk wanita
yang kau lihat di pagi itu. Tapi, aku tak bisa. Aku masih mencintaimu. Hingga
akhirnya aku tahu bahwa kau juga mencintaiku.
Aku hanya diam mendengar ucapan kak Morgan. Ternyata selama ini
cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Meskipun aku masih merasa bersalah kepada
Bisma.
“Tapi kak, perempuan yang sering deket sama kakak bukannya itu pacar
kakak?”
“Gita maksud kamu? Dia bukan siapa-siapa aku lagi. dia hanya
sahabatku.”
“Tapi kakak deket banget sih sama dia sampai-sampai status di
facebook..”
“Oh itu.. cuman iseng kali. Kamu jealous?”godanya
“Gak.”dustaku
“Kalau iya juga gak papa lagian aku malah seneng. Tapi, kamu gak
perlu jealous karena aku akan selalu di sampingmu.”gombal kak Morgan
“Dapat dari mana tuh kata-kata.”
“Dari lubuk hatiku yang paling dalam.”ucapnya tersenyum kepadaku.
“Kini setelah kau tahu semuanya. Maukah kau menjadi milikku? Menjadi
mentari yang slalu menghangatkanku. Dan menjadi bintang yang selalu menghiasi
malamku?” tanya kak Morgan yang kini sedang berjongkok di depanku sambil
memegang tanganku erat.
“Oh God, mimpi apa aku semalam? Kak Morgan menembakku. Serasa
Fly.”gumamku dalam hati
“Ri?”
“Iya kak mana mungkin aku
menolak sesuatu yang ku harapkan selama ini.”
“Jadi kau menerimaku?”
Aku hanya mengangguk pelan dan kak Morgan memelukku. Pelukan hangat
dan nyaman.
-THE END-
No comments:
Post a Comment