Wednesday, June 27, 2012

Akhir Yang Indah - cerpen


Lagi-lagi membawa cerpen yang jauh dari kata sempurna. harap di comment. Your comment is important for me :D
happy reading ^^ 


.. Akhir yang Indah..

“Anak-anak saya minta perhatian kalian sebentar.”ucap wali kelasku sesaat sebelum bel pulang sekolah.
“Mulai besok, kelas ini akan direnovasi dan kalian harus pindah ke labolatorium biologi untuk sementra waktu sampai kelas ini selesai direnovasi.”imbuhnya.
“Baik kalian sekarang boleh pulang. Dan tolong untuk pengurus kelas, jangan lupa buku absen dan jurnal kelas dibawa.”lanjutnya lagi dan sesaat setelah Ibu Wali kelas ku pergi para siswa di kelasku telah berhamburan untuk pulang.
Sedangkan aku, masih duduk termenung. Aku sangat senang sekali mendengar pengumuman ini karena kelasku semakin dekat dengan pujaan hatiku.
***
Esoknya,
Aku berangkat lebih awal pagi ini. Siapa tahu aku beruntung bisa bertemu pujaan hatiku. Namun, sesampainya di sekolah, tepatnya di Labolatorium biologi bukannya untung malah buntung yang ku dapatkan. Jleb,, rasanya seperti ditusuk pedang yang panjang. Aku melihat pujaan hatiku sedang bersama kekasih hatinya. Kalian pasti bingung, pujaan hatiku bersama kekasih hatinya? bukankah itu aku? Bukan. Aku memang menyukainya tetapi, sayang teramat sayang dia sudah mempunyai kekasih hati. Sedangkan aku hanya bisa sebagai pengagumnya saja tak lebih.
Dengan langkah lesu, aku pun memasuki labolatorium biologi yang notebene sekarang menjadi kelas ku untuk sementara waktu. Jam pertama adalah Fisika. Aish, aku paling malas dengan pelajaran itu ditambah kejadian tadi pagi yang membuatku tambah tak bersemangat.
***
“Gue lihat dari tadi loe kok lesu gitu sih. Cerita dong !”rengek sahabatku,Disa ketika kami duduk santai di kantin.
Aku hanya diam sambil mengaduk-aduk minuman yang telah ku pesan tadi.
“Pasti nih gara-gara kak Morgan ya?”tanyanya.
“Aduh dis, sakit tau. Udah gue belain bangun pagi eh, malah disambut sama kemesraan dua sejoli yang notebene yang cowok itu pujaan hati gue. Bayangin, sakit banget tauk.”Ucapku akhirnya.
“Riri.. Riri.. kapan sih loe bisa lupain si Morgan yang gak pasti itu. Udah berapa kali sih gue bilang, lupain Riri, dia itu udah punya orang lain.” Disa
“Tapi sulit Dis, gak bisa. Dia selalu hadir di otak gue. Gimana coba?”aku
“Loe tuh aneh ya? Yang udah pasti ada di depan mata malah loe tolak. Loe malah cari yang gak pasti. Padahal si Bisma itu juga gak jelek-jelek amat. Malahan menurut gue ganteng banget. Tapi ,loe tolak.”ucap Disa panjang lebar.
“Terus gue harus gimana dong?”tanyaku balik
“Loe terima aja tuh Bisma.”ucap Disa enteng.
“Tapi gue gak cinta sama dia gimana dong?” aku
“Loe pasti bisa kok cinta sama dia. Seiring jalannya waktu, loe pasti bakalan bisa terima dia. Pasti nanti loe bakalan cinta sama dia lama kelamaan.”cerocos Disa.
“Iya deh iya nanti gue terima dia deh.”setujuku.
***
Bel pulang udah bunyi. Udah saatnya pulang. Tapi, ketika aku hendak keluar dari kelas ada yang menahan tanganku. Alhasil aku berhenti melangkah.
“Hi Ri, pulang bareng aku yuk.”ajaknya.
“Ayolah please..”bujuknya dengan muka memelas.
“Gimana ya? Ya deh.”ucapku.
Hari ini aku pulang dengan Bisma. Ya dia adalah Bisma Karisma cowok yang tadi aku bicarain dengan Disa di kantin. Cowok yang pernah nembak aku tapi sudah dua hari ini aku tak memberinya jawaban. Tapi sepertinya dia juga tidak keberatan menunggu jawabanku. Ah, itu membuatku semakin merasa bingung.
***
“Thanks ya. Mau mampir?” tawarku saat telah sampai di gerbang rumahku.
“Oh, tidak terimakasih. Kau sudah mau ku antar pun aku sudah sangat senang.”jawabnya santai.
Oh, kalimat itu membuatku semakin bingung.
“Ehmm.. Nanti malam kau ada acara?”tanyanya
“Sepertinya tidak. Ada apa?”tanyaku tersenyum. Meski dalam hati berharap ia tak mengajakku kemana-mana karena semakin aku sering jalan dengannya membuatku semakin bingungmenjawab pertanyaannya tempo hari.
“Aku ingin mengajakmu jalan. Apakah kau mau?”bisma
“Hmmhmm baiklah.”jawabku terpaksa anggap saja sebagai ucapan terimakasih telah mengantarku pulang.
“Baik aku jemput jam 7malam.”ucapnya. Aku hanya menjawabnya dengan senyum.
Aku pun masuk ke dalam rumah dan Bisma mulai melajukan mobilnya pergi dari rumahku.
***
“Aduuhh.. bener juga ya kata Disa gue seharusnya gak ngegantungin Bisma kayak gini. Mana dia terlalu baik.”pikirku sambil menunggu bisma di sofa ruang tamu.
Aku pun menarik nafas panjang.
“Baik, malam ini gue harus berikan jawaban pada Bisma.”ucapku lirih dan..
Tin..tin..tin.. terdengar suara klakson mobil Bisma. Aku pun segera keluar menghampiri Bisma.
***
Tibalah kami di sebuah Café yang suasananya sangat mendukung bagi sepasang kekasih yang di mabuk cinta. Namun, itu tak berlaku bagiku. Karena sampai saat ini aku masih berusaha mencintai Bisma.
Kami pun duduk berhadapan di sebuah meja yang letaknya tepat berada di sebelah kolam kecil. Pesanan pun telah tiba. Kami makan ditemani dengan alunan suara merdu penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu romantis.
“Andaikan yang mengajakku ke sini kak Morgan, tak mungkin aku berpura-pura seperti ini.”gumamku dalam hati.
“Ri, sebelumnya maaf. tapi harus ku katakan ini. Jujur, sejak pernyataan perasaanku waku itu, aku tidak bisa tidur. Aku masih memikirkan jawabanmu. Yah, meskipun kau masih menginginkan aku menunggu lebih lama lagi aku akan tetap menunggu.”ucapnya ketika kita menikmati makan malam.
“Baiklah Bisma, aku ingin memberikan jawaban atas pertanyaan mu yang sampai saat ini belum sempat kau jawab.”ucapku.
“Silahkan, aku akan menerima apapun jawabanmu.”ucapnya pasrah.
Aku pun mengambil nafas panjang.
“Baik, aku akan memerima mu Bisma, aku mau menjadi kekasihmu.”ucapku tersenyum tipis.
“Benarkah? Aku tak salah dengar?”tanyanya berseri-seri.
“Ya.”jawabku mantap.
“Terima kasih sayang. Aku berjanji kau takkan ku sakiti maupun ku khianati dan Aku akan selalu menjagamu.” Wajahnya semakin berseri. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya itu.
“Maafkan aku Bisma, aku menerima mu hanya karena  ku tak tega untuk menolakmu. Aku berjanji akan mencoba mencintaimu. Aku yakin pasti bisa.”gumamku dalam hati.
***
Hari-hari ku lewati dengan masih berpura-pura. Rasa sayang memang telah tumbuh di hatiku. Namun, itu hanya rasa sayang sebagai sahabat. Sungguh, sangat sulit untuk bisa benar-benar menyayanginya sebagai seorang kekasih. Apalagi untuk mencintainya. Sungguh, sangat sulit. Padahal sebenarnya menurutku Bisma sangatlah baik. Dia sangat perhatian padaku. Tapi, sampai saat ini hatiku masih untuk Kak Morgan.
“Hi Ri gimana? Loe udah bisa mencintai Bisma?”tanya Disa saat kami mengerjakan tugas kelompok di rumahku.
“Belum.”jawabku singkat.
“Terus kapan kau bisa mencintainya? Sudah satu bulan kau menjalani hubungan dengan dia. Tapi kau masih belum bisa mencintainya? Apa kau tak kasian melihat Bisma? Dia terlalu baik untuk disakiti.”tanya Disa bertubi-tubi.
“Aku masih mencintai kak Morgan Disa.”ucapku tegas.
“Tapi Ri, apa loe tau kalau kak Morgan itu..”
Tanpa ku sadari ternyata Bisma mendengar percakapan ku dengan Disa
Ddrrttt.. ddrrttt…
Hape ku bergetar. Ada telpon masuk dari Bisma.
Via telepon.
“Iya Bis, ada apa?”tanyaku. Aku memang masih belum bisa memanggilnya sayang seperti dia memanggilku.
“Nanti sore kamu bisa gak pergi ke taman jam 5 sore. Aku tunggu ya.”
“Baik.”
Tut.. tut.. Bisma pun memutuskan telponnya.
“Kenapa nih anak tumben. Gak ada kata sayang. Gak ada kata ‘see you baby’ langsung matiin aja teleponnya. Aneh deh. Pasti ada yang gak beres nih.”ucapku
“Kenapa Ri?” tanya Disa.
“Udah deh gak usah dibahas. Hmm tadi lo mau ngomong apa? Yang tentang Kak Morgan tadi.” Tanyaku balik.
“Loe tau gak kalau Morgan itu…”
“Aduh udah jm 5 ya? Gue ke taman dulu ya temuin Bisma. Gue tinggal ya Dis.”ucapku memotong perkataan Disa dan segera ngeloyor pergi.
“Loe tau gak kalau Morgan itu kakaknya Bisma Riri.”ucap Disa namun aku tak mendengarnya.
***
“Hy Bis, sorry telat. Lama ya nunggunya.”ucapku agak ngos-ngos an.
“Gak kok gue juga barusan dateng.” Jawabnya mulai dengan gue-loe lagi.
“Ada apa kok tiba-tiba ngajakin ketemuan ?” tanyaku
“Langsung aja ya. Ri, gue udah denger semuanya. Gue sudah tahu kalau loe mau terima gue karena loe gak tega buat nolak gue. Termasuk loe suka sama kakak gue.” Bisma
“Kakak? Emang kamu punya kakak?”tanyaku bingung.
“Iya gue punya kakak. Dan kakak gue itu Kak Morgan. Cowok yang selama ini loe suka. Cowok yang sudah ngebuat loe gak bisa terima gue seutuhnya dan juga cowok yang udah ngisi hati loe. Oya, gue juga mau ngomong thanks ya loe udah mau nerima gue meskipun hanya TERPAKSA dan meskipun hubungan kita selama ini hampa karena ternyata cinta gue bertepuk sebelah tangan.”jelasnya panjang lebar.
“Jadi hubungan kita berakhir?”tanyaku
“Iya, ini kan yang loe harepin. Thanks ya.”Bisma pun pergi meninggalkanku dengan senyum sinis. Aku tak tinggal diam aku pun mengejarnya.
“Maafin gue ya Bis. Gue gak bermaksud…”
“It’s fine.. Thanks..”Bisma tetep pergi tanpa memerhatikan aku. Dan aku masih diam terpaku dan kembali duduk di kursi taman .
“Apa segitu jahatnya ya gue sama bisma? Gue jadi merasa bersalah banget nih. Tadi dia bilang kak Morgan kakaknya? Dunia ini sempit banget sih. Kenapa juga gue harus naksir kak Morgan. Arrgghh rumit.” Aku mengoceh sendiri di taman dan akhirnya ku pun pulang.
Malam telah tiba, bahkan sudah jam 12 lewat tapi mata ini masih belum bisa terpejam. Kejadian tadi sore dan ucapan-ucapan Bisma masih memenuhi otakku. Oh God, aku tak bisa membayangkan bagaimana besok di sekolah. Pasti Bisma cerita pada kak Morgan, mau taruh di mana nih muka.
***
Hari telah pagi, sinar matahari menyilaukan mataku. Perlahan aku pun membuka mata dan betapa terkejutnya aku ketika melirik ke arah jam dinding di kanan ku.
“Ternyata masih setengah tujuh.”gumamku dan aku membaringkan tubuhku kembali.
“Setengah Tujuh?”ucapku kembali.
Tanpa ba bi bu lagi aku langsung meraih handuk dan berlari ke kamar mandi.
***
Akhirnya aku pun sampai di sekolah juga. Meskipun telat. Untung aja satpamnya lagi baik. Jadi gue diperolehin masuk dan yang lebih untungnya lagi nih kelas lagi jam kosong. Dan aku segera menuju ke bangku Disa dan duduk di bangku sebelah Disa. Tapi, saat aku berjalan menuju bangku Disa, aku sempat mencari sosok Bisma. Tapi, ternyata dia tak ada di kelas. Mungkin dia tak masuk hari ini.
“Dis, Bisma udah putusin gue. Dia udah tahu semuanya. Gue jadi gak enak sama Bisma. Dan ini semua gara-gara loe coba aja waktu itu loe gak nyuruh gue buat teriam cintanya Bisma pasti gak bakalan kayak gini.”ucap gue pada Disa.
“Etdah, kok loe jadi nyalahin gue sih.”ucap Disa manyun
“Jangan manyun gitu dong lagian juga udah lewat. Tapi, yang gak gue sangka ternyata kak Morgan itu kakaknya Bisma.”
“Kan emang kak Morgan kakaknya Bisma.”jawab Disa santai
“Kok loe gak kaget sih. Pasti loe udah tau. Kok loe gga beritau gue sih. Nyebelin deh.”
“Bukan salah gue dong.  Loe sih waktu mau gue bilangin belum selesai ngemeng udah loe tinggal gitu aja.”
“Emang pernah ya?”
“Ye dasar PIKUN!!!
***
“Anterin gue yuk.”ajak Disa yang langsung menarik tanganku. Padahal aku belum menjawab mau atau tidak. Dasar Disa.
“Ngapain loe ngajak gue ke sini? Gila ya? kalau ketemu kak Morgan gimana?.”tanyaku sesampainya tiba di pintu kelas kakak kelasku dan tepatnya itu kelas kak Morgan.
“Kebanyakan tanya loe. Udah deh, gue cuman ada urusan bentar sama kak Albert, mending loe diem aja deh.”
“Wah Dis, gue malu tau kalau sampai ketemu kak Morgan pasti dia udah tahu deh.”
“Sotoy loe. Udah tenang aja.”
“Ya udah deh. Gue tunggu di sini jangan lama-lama.”
Disa pun melenggang masuk ke dalam kelas. Sedangkan aku melangkahkan kakiku ke kursi taman yang ada di depan kelas kak morgan.
“Hai..” sapa seseorang yang kemudian duduk di sebelahku.
“Hai.. kak.”jawabku rada salting. Gimana gak salting. Yang manggil aku kak Morgan. Semoga dia belum tahu kalau aku menyukainya, bukan aku tak hanya menyukainya aku mencintainya. Ya, aku mencintainya.
“Bisa ikut kakak gak sekarang?”tanyanya
“Hmhmhm.. ke mana kak?” tanyaku balik
“Udah bisa atau gak?”
“Bisa kok kak.”
Tanpa ngomong apapun kak Morgan segera beranjak dari duduknya dan segera menarik tanganku. Kini, aku dan kak Morgan sedang berada di taman belakang sekolah. Hening, hanya suara dedaunan kering yang tersapu oleh angin. Sedangkan aku masih dag dig dug karena daritadi kak Morgan memandang ku dengan mata teduhnya yang membuatku berulang-ulang kali menarik nafas panjang berharap menghilangkan kecanggungan ku ini.
“Kau lucu.”ucap kak Morgan memecah keheningan di taman itu.
“Lucu?”tanyaku
“Ya, kau lucu. Membuatku semakin sayang padamu.”
“Apa kak?”tanyaku
“Aku sayang kamu.”jawabnya
“Bercanda kakak gak lucu deh.”ucapku tak percaya.
“Aku serius Riri. Aku memang sayang padamu. Aku cinta padamu. Bahkan sebelum Bisma menyukaimu. Aku telah menyukaimu dahulu. Apa kau ingat saat kita bertabrakan di perpus. Saat itu kau sedang membawa banyak tumpukan buku yang tinggi. Sehingga, kau tak melihat ada aku di depanmu. Dan..”
“Dan aku menabrak kakak, sehingga semua buku berserakan jatuh. Lalu, kakak membantuku untuk memberesi buku-buku yang ku bawa dan juga membantuku untuk menjalani hukumanku di hari pertama sekolahku untuk mengembalikan buku –buku yang ku bawa tadi ke rak buku.”ucapku memotong perkataan kak morgan.
“Dan sejak itulah aku jatuh cinta padamu. Aku cinta pada pandangan pertama.”ucap kak Morgan.
“Aku juga cinta kakak. Aku sangat tenang rasanya melihat tatapan mata kakak yang teduh.”ucapku.
“Aku tahu.”ucap kak Morgan.
“Maksud kakak?”tanyaku
“Aku tahu, kau menerima Bisma hanya karena ingin melupakanku karena kau merasa aku tak mungkin mencintaimu.
“Dari mana kakak tahu itu?”
“Aku tahu semuanya dari Bisma. Sebenarnya aku mencintaimu sebelum Bisma mencintaimu. Tapi, aku tahu bahwa Bisma mencintaimu. Maka aku pun mengalah, dan mencoba melupakanmu dengan cara mulai membuka hatiku untuk wanita yang kau lihat di pagi itu. Tapi, aku tak bisa. Aku masih mencintaimu. Hingga akhirnya aku tahu bahwa kau juga mencintaiku.
Aku hanya diam mendengar ucapan kak Morgan. Ternyata selama ini cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Meskipun aku masih merasa bersalah kepada Bisma.
“Tapi kak, perempuan yang sering deket sama kakak bukannya itu pacar kakak?”
“Gita maksud kamu? Dia bukan siapa-siapa aku lagi. dia hanya sahabatku.”
“Tapi kakak deket banget sih sama dia sampai-sampai status di facebook..”
“Oh itu.. cuman iseng kali. Kamu jealous?”godanya
“Gak.”dustaku
“Kalau iya juga gak papa lagian aku malah seneng. Tapi, kamu gak perlu jealous karena aku akan selalu di sampingmu.”gombal kak Morgan
“Dapat dari mana tuh kata-kata.”
“Dari lubuk hatiku yang paling dalam.”ucapnya tersenyum kepadaku.
“Kini setelah kau tahu semuanya. Maukah kau menjadi milikku? Menjadi mentari yang slalu menghangatkanku. Dan menjadi bintang yang selalu menghiasi malamku?” tanya kak Morgan yang kini sedang berjongkok di depanku sambil memegang tanganku erat.
“Oh God, mimpi apa aku semalam? Kak Morgan menembakku. Serasa Fly.”gumamku dalam hati
“Ri?”
 “Iya kak mana mungkin aku menolak sesuatu yang ku harapkan selama ini.”
“Jadi kau menerimaku?”
Aku hanya mengangguk pelan dan kak Morgan memelukku. Pelukan hangat dan nyaman.

-THE END-

No comments:

Post a Comment